Archive for January, 2012


Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep arsitektur hijau (Green Architecture). Konsep yang kini tengah digalakkan dalam kehidupan manusia modern.

Dalam perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. “Untuk pemahaman dasar Arsitektur Bangunan hijau yang berkelanjutan, di antaranya lanskap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan,.

Dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 150 meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 100 meter persegi, maka sisa 50 meter lahan hijau harus digenapkan dengan memberdayakan potensi sekitar. Pemberdayaan atap menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

“Arsitektur Bangunan hijau dipraktikkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air, dan bahan-bahan, mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan,” ulas Dr Mauro Rahardjo dari Feng Shui School Indonesia.

Dalam hal estetika, Arsitektur Bangunan hijau terletak pada filosofi merancang bangunan yang harmonis dengan sifat-sifat dan sumber alam yang ada di sekelilingnya. Penggunaan bahan bangunan yang dikembangkan dari bahan alam dan bahan bangunan yang dapat diperbaharui.

Dan bahan bangunan dari alam yang dapat mendukung hemat energi yaitu bambu. Dimana bambu memiliki kegunaan yang beragam untuk bangunan, dan lingkungan. Selain untuk menghemat energi, bambu juga dapat menghasilkan oksigen sebesar 35% lebih banyak dari tumbuhan lain.

Dalam bangunan, bambu bisa di jadikan berbagai macam fungsi seperti bambu sebagai alternatif dari tulangan beton/kolom struktur, struktur atap sampai struktur jembatan. Bambu memiliki kuat tarik khususnya pada bagian kulit (luar) cukup tinggi.

 

 

 

 

Dapat diterapkan juga untuk kerangka rumah di daerah rawan gempa bumi, pembangunan rumah panggung, konstruksi dinding rangka, maupun atap.

Jenis  bambu yang ada saat ini sekitar 1500 spesies. Keragaman spesies ini bisa ditemukan hampir di semua benua, kecuali di Kutub Utara, mulai dari pesisir sampai ketinggian 12.000 kaki di atas permukaan laut.

Bambu mempunyai kekurangan yaitu bambu bukan fabrikasi (buatan pabrik) jadi sangat sulit menemukan bambu yang memiliki diameter dan panjang yang sama dan diinginkan

 

 

 

 

Sumber:

http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=40419

http://cintyatripusparinibs.wordpress.com/2011/12/24/bahan-bangunan-mendukung-hemat-energi/

Krisis energi yang terjadi di dunia harus segera ditanggulangi, dan melakukan penghematan energi, jika tidak di masa depan nanti kita akan hidup dengan sedikit pasokan energi atau malah tidak habis sama sekali.

Di banyak negara maju, untuk upaya menghemat energi sudah lama berkembang dan diaplikasikan. Kota-kotanya yang disebut-sebut sebagai tempat paling banyak mengkonsumsi energi juga sudah dikelola dan dirancang oleh pemerintah kotanya dengan konsep kota yang menghemat energi.

Sedikitnya ada tiga persoalan kota yang sangat penting untuk diperhatikan dalam membangun kota hemat energi yakni :

  1. Perencanaan sistem transportasi dan manajemen lalu lintas (transport planning and traffic management),
  2.  Perencanaan dan perancangan tata ruang kota dan tata guna lahan (urban spaces and land-use planning and design),
  3.  Perencanaan dan perancangan tata lingkungan dan tata bangunan (lanscape and building planning and design).

Perencanaan Transportasi dan Manajemen Lalu lintas


            Membangun dan menyediakan sarana dan prasarana transportasi publik/masal yang efisien dan representatif.

Konsumsi energi terbesar bagi kota-kota adalah dari sektor transportasi. Inilah sektor yang paling vital yang menandai denyut kehidupan sebuah kota. Sebuah kota bisa dianggap mati jika di dalamnya tidak ada dinamika pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain. Makin besar skala sebuah kota, dapat dipastikan makin banyak pula jumlah orang yang bergerak di dalam kota setiap waktunya. Oleh karenanya perencanaan dan pengelolaan sistem transportasi publik/masal yang baik, efisien dan representatif serta pengaturan/manajemen yang tepat akan menjadi faktor kunci bagi penghematan energi di kota.

Salah satunya melalui sistem transportasi publik/masal yang efisienlah sebuah kota (bahkan negara) bisa sangat menghemat energi, karena pergerakan penduduk dapat diangkut dalam jumlah yang besar pada waktu yang sama. Menengok kota-kota besar di negara maju seperti Jepang, andalan utama transportasi masalnya adalah kereta listrik (densha) atau kereta listrik bawah tanah/subway (cikatetsu) yang bisa mengangkut ribuan orang pada waktu bersamaan ketika jam sibuk. Selain praktis, aman dan nyaman, harga pun sangat terjangkau bagi masyarakat luas untuk ukuran masyarakat di Jepang, juga ketepatan waktunya dapat dijamin dalam hitungan menit.

Paling tidak hingga saat ini, jenis transportasi masal yang paling efisien dan mendekati ideal adalah kereta listrik. Selain ia dapat mengangkut orang dalam jumlah yang banyak, terjaminnya ketepatan waktu karena tidak pernah terjebak macet, ia juga tidak mengeluarkan gas buangan yang mencemari lingkungan sebagaimana jenis kendaraan lainnya yang mengunakan BBM seperti mobil atau bus.

Salah satu cermin apakah sebuah kota itu dikelola dengan baik atau tidak yaitu dengan pengelolaan transportasi publik/masalnya.

Selain dengan membenahi masalah transportasi masalnya, dapat juga dengan merancang jalur-jalur untuk pejalan kaki juga jalur bersepeda yang nyaman dan tidak bersilangan dengan jalur kendaraan bermotor dan membenahi taman kota seperti yang diterapkan di kota Milton Keynes, yang berada 72 kilometer barat daya London.

Seperti umumnya kota di Inggris yang berkonsep garden city, Milton Keynes juga dikelilingi kawasan hijau green belt yang befungsi menampung kegiatan manusia serta industri bersama-sama dengan mempertimbangkan segala aspek kehidupan manusia. Kota ini juga dirancang dalam skala yang memungkinkan warga saling bersosialisasi dan tidak ada lahan yang dikuasai perorangan.

Konsep utopia garden city Sir Ebenezer Howard memformulasikan kota mandiri dalam hal penyediaan kebutuhan kota. Kota harus mengakomodasi tumbuhnya industri dan pertanian. Hanya seperenam dari area kota disisihkan sebagai ”kawasan kota”, sisanya dipertahankan sebagai kawasan pertanian yang dirancang terintegrasi dengan kawasan kota. Kawasan pertanian yang mengelilingi kota diharapkan dapat memasok seluruh kebutuhan pangan warga kota sehingga mengurangi beban transportasi angkutan makanan.

Pemecahan tengah dalam penerapan garden city di London, misalnya, adalah memasukkan countryside ke dalam kota. Untuk itu diletakkan taman-taman di tengah kota yang dirancang sedemikian rupa menyerupai kawasan liar (wild life) di tengah kota.

Taman kota London berbeda dengan taman di banyak kota besar di dunia, seperti Monas Jakarta yang ditata dan dilindungi, di setiap sudut terpampang peringatan ”Jangan Menginjak Rumput”. Hyde Park, Regent’s Park, St James’s Park, dan lainnya di pusat kota London dirancang sehingga warga kota dapat merasakan kebebasan alam yang asri seakan mereka masuk ke dalam wilayah rural-tepi kota.

Konsep garden city Milton Keynes dipecahkan dengan cara berbeda. Kebutuhan taman alamiah di kawasan kota dijawab melalui area terbuka danau, sungai, dan kawasan hijau di beberapa lokasi di kota serta lapangan olahraga yang dirancang dan disebar di setiap unit hunian di seluruh kota.

Lapangan parkir juga dirancang dengan penanaman pohon sebanyak mungkin sehingga membentuk lingkungan hijau mirip taman. Sejuta pohon ditanam di sepanjang jalan raya kota untuk mengantisipasi karbon dioksida hasil buangan kendaraan bermotor di kota ini.

 

 

Suasana Parkir Mobil yang tertata rapi di Milton Keynes

 

 

Konsep dasar perencanaan Milton Keynes dititikberatkan pada pemecahan sirkulasi kendaraan bermotor.

Tidak seperti halnya kota satelit di seputar London, Milton Keynes menghindari pemusatan transportasi di bagian tertentu pusat kota. Dihindari munculnya ”jalan utama” kota seperti terjadi di hampir semua kota di dunia.

Jalan utama kota di mana pun cenderung menjadi pusat kegiatan dan pusat kemacetan kota. Jaringan jalan Milton Keynes dirangkai dengan pola grid berdimensi lebar untuk menghindari kemacetan. Jalan kota memiliki nilai dan karakter lebih kurang sama sehingga menghindari terjadinya konsentrasi kegiatan yang dapat menimbulkan konsentrasi lalu lintas dan akhirnya kemacetan.

Pola jalan utama berbentuk grid dengan panjang sisi sekitar satu kilometer (km). Setiap grid akan dibagi menjadi grid-grid lebih kecil dengan lebar jalan lebih kecil, di mana grid kecil akan dibagi lagi menjadi grid lebih kecil sehingga dalam unit grid terkecil dimungkinkan warga berinteraksi sosial secara baik satu sama lain. Jalan kendaraan bermotor dipisah dengan jalur sepeda dan pejalan kaki.

Manusia dapat berjalan kaki atau bersepeda melintas kawasan pusat kota tanpa harus menyeberang jalan utama. Jalur pedestrian dan jalur sepeda diturunkan di bawah jalan ketika berpapasan dengan jalan raya sehingga tidak terjadi persilangan. Kota ini memiliki jalur pedestrian dan jalur sepeda sepanjang 250 km yang diberi warna merah, memungkinkan setiap warga berjalan kaki atau mengendarai sepeda ke setiap sudut kota dengan aman dan nyaman.

 

 

 

Dengan rancangan kota semacam ini, warga Milton Keynes didorong berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum, memungkinkan konsumsi energi kota dihemat signifikan.

Konsep penyediaan jalur pedestrian dan sepeda yang menerus di seluruh kota semacam Milton Keynes seharusnya dapat mengilhami perancangan kota Indonesia masa datang, paling tidak dalam rangka antisipasi kemacetan lalu lintas dan sekaligus penghematan energi kota.

Dan keseriusan perencanaan dan pengelolaan kota akan menjadi salah satu faktor kunci bagi pembangunan kota yang hemat energi.

 

 

 

 

 

Sumber :

http://walhijabar.wordpress.com/2007/12/30/membangun-kota-hemat-energi-bagian-pertama/

http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=476:milton-keynes-kota-satelit-hemat-energi&catid=19:green-community&Itemid=29