Keselarasan hidup manusia dan alam terangkum dalam konsep arsitektur hijau (Green Architecture). Konsep yang kini tengah digalakkan dalam kehidupan manusia modern.

Dalam perencanaannya, harus meliputi lingkungan utama yang berkelanjutan. “Untuk pemahaman dasar Arsitektur Bangunan hijau yang berkelanjutan, di antaranya lanskap, interior, dan segi arsitekturnya menjadi satu kesatuan,.

Dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 150 meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 100 meter persegi, maka sisa 50 meter lahan hijau harus digenapkan dengan memberdayakan potensi sekitar. Pemberdayaan atap menjadi konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan.

“Arsitektur Bangunan hijau dipraktikkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air, dan bahan-bahan, mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan,” ulas Dr Mauro Rahardjo dari Feng Shui School Indonesia.

Dalam hal estetika, Arsitektur Bangunan hijau terletak pada filosofi merancang bangunan yang harmonis dengan sifat-sifat dan sumber alam yang ada di sekelilingnya. Penggunaan bahan bangunan yang dikembangkan dari bahan alam dan bahan bangunan yang dapat diperbaharui.

Dan bahan bangunan dari alam yang dapat mendukung hemat energi yaitu bambu. Dimana bambu memiliki kegunaan yang beragam untuk bangunan, dan lingkungan. Selain untuk menghemat energi, bambu juga dapat menghasilkan oksigen sebesar 35% lebih banyak dari tumbuhan lain.

Dalam bangunan, bambu bisa di jadikan berbagai macam fungsi seperti bambu sebagai alternatif dari tulangan beton/kolom struktur, struktur atap sampai struktur jembatan. Bambu memiliki kuat tarik khususnya pada bagian kulit (luar) cukup tinggi.

 

 

 

 

Dapat diterapkan juga untuk kerangka rumah di daerah rawan gempa bumi, pembangunan rumah panggung, konstruksi dinding rangka, maupun atap.

Jenis  bambu yang ada saat ini sekitar 1500 spesies. Keragaman spesies ini bisa ditemukan hampir di semua benua, kecuali di Kutub Utara, mulai dari pesisir sampai ketinggian 12.000 kaki di atas permukaan laut.

Bambu mempunyai kekurangan yaitu bambu bukan fabrikasi (buatan pabrik) jadi sangat sulit menemukan bambu yang memiliki diameter dan panjang yang sama dan diinginkan

 

 

 

 

Sumber:

http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=40419

http://cintyatripusparinibs.wordpress.com/2011/12/24/bahan-bangunan-mendukung-hemat-energi/